topmetro.news, Jakarta – Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i mengajak pondok pesantren untuk mengambil peran strategis dalam mendukung program prioritas nasional, khususnya di bidang ketahanan pangan dan energi.
“Pesantren bukan hanya pusat pendidikan dan dakwah, tetapi juga bisa menjadi pusat kemandirian pangan. Ini tentu mendukung program swasembada pangan dan energi yang menjadi prioritas Presiden,” ujar Romo Syafi’i dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Wakil Menteri Agama mengajak pondok pesantren mengatakan, pesantren memiliki potensi besar untuk tidak hanya mencetak generasi yang cerdas secara spiritual dan intelektual, tetapi juga mampu menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Ia mencontohkan pengelolaan lahan pertanian seluas 29 hektare oleh Ponpes eLKISI Mojokerto, yang hasilnya dibagikan kepada warga sekitar. Kontribusi pesantren terhadap bangsa sejatinya sudah berlangsung lama.
Ia menegaskan bahwa pesantren adalah ibu kandung lahirnya negara Indonesia, karena banyak pejuang kemerdekaan berasal dari kalangan santri dan ulama.
“Gerakan melawan penjajahan di banyak daerah dimotori oleh para santri. Maka, tak berlebihan jika saya menyebut pesantren sebagai ibu kandung lahirnya negara Indonesia,” kata dia.
Romo Syafi’i juga mengapresiasi sistem pendidikan di Ponpes eLKISI, yang dinilai berhasil menggali potensi santri sesuai dengan bakat dan minat. Hal ini terlihat dari kemampuan para santri menjawab hafalan hadits dengan lancar dan cemerlang.
Dengan potensi besar yang dimiliki, Wamenag berharap pesantren-pesantren di seluruh Indonesia bisa terus memperluas kontribusinya, baik dalam bidang pendidikan, dakwah, maupun ketahanan pangan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan.
“Santri harus dibina untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, sebagaimana hadis Khoirunnas anfa’uhum linnas,” ujarnya.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes eLKISI, Fathur Rohman menjelaskan pihaknya menjalankan sejumlah program sosial-keumatan.
Program itu seperti pembagian 600 paket sembako setiap bulan, dan program bedah rumah yang telah menjangkau lebih dari 30 keluarga.
“Pesantren ini milik umat, maka manfaatnya juga harus kembali ke umat. Kami menjadikan pesantren sebagai basis edukasi sekaligus pemberdayaan sosial,” katanya.
sumber:antaranews